Bawang merah adalah salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai komersial yang tinggi. Bagi masyarakat Indonesia, bawang merah dikenal memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Paling utama yakni sebagai bumbu masakan.

Oleh sebab itu, masih cukup banyak petani bawang merah di Tanah Air. Alasannya jelas karena komoditas satu ini memberikan kontribusi perekonomian yang menjanjikan di wilayah tertentu. Meski nilai komersialnya tinggi, namun dalam pembudidayaan bawang merah juga memiliki risiko yang tinggi.

Nah, berikut ini adalah langkah-langkah budidaya bawang merah untuk menghasilkan komoditas terbaik. Yuk langsung kita simak!

Menyiapkan Lahan Tanam

Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah menyiapkan lahan. Lahan tempat menanam bawang merah harus mempunyai kadar pH kurang dari 5,6. Jika tidak, maka minimal dua minggu sebelum proses tanam, kita harus memberikan dolomit sebanyak 1 sampai 1,5 ton setiap satu tahun sekali untuk satu lahan.

Hal ini biasanya cukup dilakukan untuk dua kali musim tanam berikutnya. Dolomit tersebut disebar di permukaan tanah, lalu kita aduk sampai merata. Untuk ukurannya, bisa menyesuaikan dengan lahan yang ada. Sebagai gambaran, pada lahan kering atau tegalan, harus dibajak terlebih dahulu sedalam 30 cm.

Setelahnya dibuat bedengan kurang lebih 1 – 1,2 meter. Tingginya bisa sekitar 40 cm, sedangkan panjangnya bisa menyesuaikan lahan. Jika lahan yang digunakan bekas padi, maka kita harus menunggu tanah yang telah diolah menjadi lebih kering. Kemudian, olah kembali sekitar 2 sampai 3 kali.

Menanam Bibit Bawang Merah

Dalam proses penanamannya, kita bisa menancapkan ¾ bagian umbi ke dalam bedengan. Berikut ini adalah ketentuan bibit yang dipakai saat penanaman, antara lain:

  • Benih merupakan hasil dari perbanyakan biji yang telah berumur sekitar 70 sampai 80 hari.
  • Setiap hektarnya, dibutuhkan bibit sekitar 1 – 1,2 ton.
  • Pastikan benih telah bersih dari kotoran atau kulit yang kering, supaya hasilnya lebih maksimal.
  • Untuk mencegah bibit layu, kita perlu melakukan perawatan pada bibit sebelum ditanam menggunakan fungisida mankozeb. Dosisnya sekitar 100 gram fungisida per 100 kg benih.
  • Kebutuhan air bawang merah cukup banyak. Terutama saat masa pertumbuhan dan pembentukan umbi.
  • Saat musim hujan, lakukan penyiraman secukupnya untuk menghilangkan tanah yang menempel pada daun bawang merah.
  • Pada bekas persawahan, lakukan penyiraman sebanyak satu kali sehari (pagi hari atau sore hari).
  • Selama satu musim tanam, kita perlu melakukan penyiangan sebanyak 2 – 3 kali.
Baca Juga  Simak Tips Memilih Jasa Pembasmi Rayap Profesional

Melakukan Pemupukan

Terdapat sedikit perbedaan antara pemupukan pada lahan kering dengan lahan persawahan. Pada lahan tegalan, pupuk yang dibutuhkan adalah pupuk kandang sapi, kotoran ayam atau kompos atau pupuk buatan TSP. Pupuk dasar ini wajib kita aplikasikan pada lahan sekitar 1 sampai 3 hari sebelum proses tanam.

Setelah tanaman berumur 10 – 15 hari dan 30 hari, pupuk yang diberikan berganti dengan pupuk urea sekitar 200 kg per hektar, pupuk ZA sekitar 400 kg per hektar dan pupuk KCL 200 kg per hektar. Untuk penyebaran di dua waktu tersebut, dosisnya cukup setengah-setengah saja.

Apabila di lahan sawah, pupuk yang dibutuhkan adalah pupuk dasar berupa pupuk buatan SP-36 yang harus kita sebarkan di lahan sekitar 1 – 3 hari sebelum proses tanam. Untuk pupuk susulannya, bisa diberikan dalam waktu yang sama dengan sebelumnya.

Masih ada beberapa tahapan budidaya bawang merah, yakni penyiraman tanaman, perawatan lanjutan serta proses panen dan pascapanen. Informasi lengkap seputar budidaya bawang merah atau Agroteknologi lainnya, bisa dilihat melalui laman jokowarino.com. Semoga bermanfaat!

Bagikan: