Cara membangun komunikasi dengan anak usia remaja – Ketika anak sudah mulai beranjak remaja. Cara mendidik kita menjadi kurang mereka dengarkan atau bahkan membuat anak menjadi tidak patuh. Hal ini karena kita secara tidak sadar masih menganggap  mereka masih anak-anak.

Kita harus perlu memahami bahwa kemampuan anak dalam berbagai aspek sudah banyak berkembang. Anak sudah mampu berpikir secara logis dan abstrak, serta bisa merencanakan sesuatu dan bercita-cita.

Saat masa pubertas, fungsi otak untuk fokus pada sejumlah prioritas belum mampu berkembang dengan optimal. Oleh karena itu, anak sangat membutuhkan dukungan orang tua dalam bentuk hubungan yang aman.

Untuk membentuk hubungan yang baik dengan anak, orang tua harus mampu menciptakan iklim kondusif seperti menyesuaikan cara komunikasi dengan kemampuan mereka agar interaksi menjadi lebih efektif.

Cara tersebut akan membuat pesan yang kita berikan tersampaikan dengan jelas dan menghasilkan dampak sesuai harapan. Berikut ini beberapa cara membangun komunikasi dengan anak usia remaja. Simak ulasan dari Gurunda ini hingga akhir, ya!

Tenang ketika anak emosional

Ketika anak menangis, marah, atau sedang menunjukkan emosi yang negatif. Tetaplah tenang dan berempati. Hal ini karena mereka sebenarnya sedang kesulitan menghadapi keadaan yang rumit tersebut.

Misalnya, anak menangis karena putus hubungan dengan pacar yang sebenarnya kita tidak sukai. Jangan sampai mengatakan bahwa hal tersebut sudah kita duga karena pacarnya memang bukan orang baik.

Lebih baik katakan kalimat yang menggambarkan kita berempati kepada masalahnya. Seperti, “kamu pasti sedih, ya. Tidak apa-apa, Ibu pernah mengalami hal itu, kok”.

Dengan menunjukkan rasa peduli kita, anak akan menjadi lebih terbuka dan bercerita dengan orang tua. Tahan diri untuk memberikan banyak pertanyaan kepada anak.

Baca Juga  Rekomendasi Sekolah untuk Kapal Pesiar Terbaik di Indonesia, Berikut Daftarnya!

Saat anak sedang dalam keadaan emosi, mereka tidak mampu berpikir secara jernih. Tunggulah waktu yang tepat, ketika suasana hatinya mulai membaik dan bersedia bercerita dengan orang tuanya.

Tertarik dengan minat anak

Misalnya, kita merasa khawatir dengan kegemaran anak pada K-Pop yang bisa membuatnya boros atau lupa belajar. Kita tidak perlu mengomel bahwa apa yang mereka sukai itu tidak bermanfaat.

Ketika kita memarahinya, anak tidak akan mendengar dan malah berdebat dengan orang tuanya. Lebih baik jika kita justru menanyakan kesenangannya. Mengapa suka K-Pop, siapa artis yang mereka idolakan, atau efek positif dari musik tersebut.

Dengan bertanya kepada anak, kita bisa mengetahui alasan mereka suka dengan K-Pop. Orang tua dapat lebih cerdik dalam mencari celah untuk memberikan nasihat padanya atau memberi alternatif kegiatan lainnya.

Menghargai privasi anak

Anak yang sudah mulai remaja akan mendadak berubah menjadi memiliki banyak rahasia. Meskipun kita sangat penasaran, namun jangan sampai melakukan hal yang dapat melanggar privasinya.

Misalnya, kita membuka dan membaca buku harian atau smartphone milik anak, menguping mereka berbicara dengan teman-temannya, atau mencari tahu informasi dari orang lain.

Lebih baik menggunakan cara yang tidak terkesan melanggar batasan. Contohnya, apabila kita penasaran dengan pacarnya, kita bisa menawarkan untuk mengadakan makan bersama dengan teman-teman dekat anak.

Kita bisa mengucapkan, “Teman yang sering antar jemput kamu sekalian ajak saja, Nak”. Kalimat ini untuk menyiratkan bahwa kita ingin mengenal lebih dekat dan terbuka dengan pacarnya.

Sikap yang memberikan kebebasan

Kita perlu tahu bahwa remaja tidak suka jika kita perintah. Kata yang terkesan menyuruh bisa kita ganti dengan kata yang cenderung menyarankan dan menyiratkan kebebasan mereka dalam mengambil keputusan.

Baca Juga  Apa Itu Studi Kelayakan dan Keuntungan Menggunakannya dalam Bisnis

Misalnya, “Ayah memang tidak mampu mengawasi kamu setiap waktu, namun Ayah percaya kamu bisa menolak temanmu jika mereka mengajakmu berperilaku buruk”. Terlalu mengekang anak juga tidak baik untuknya, justru akan membuatnya memberontak dan kemungkinan besar menjadi anak yang nakal.

Demikianlah beberapa cara membangun komunikasi dengan anak usia remaja. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat!

Bagikan: