Dalam surah Ali Imran ayat 191, kita akan menemukan satu hikmah penting bahwa segala yang diciptakan Allah memiliki kebermanfaatan. Termasuk segala organ dan struktur tubuh manusia yang begitu rumitnya, semua diciptakan atas dasar utilitarianisme.
Hipotalamus salah satunya. Menurut teori neurosains, Hipotalamus merupakan bagian otak yang berfungsi mengeluarkan hormon untuk mengendalikan fungsi organ dan sel tubuh. Namun secara teologis, Hipotalamus memiliki fungsi menghubungkan manusia kepada Tuhan-Nya, layaknya antena yang saling membangun koneksi.
Dalam praktiknya, Hipotalamus tidaklah mengontrol sistem hormon secara liar, ada unsur lain yang mempengaruhinya. Dan unsur itu disebut “niat”. Niat seolah mengirimkan sinyal-sinyal afirmasi (positif) atau negasi (negatif), yang kemudian organ akan merespon sebagaimana sinyal yang diberikan.
Sederhananya, ketika seseorang berniat baik lillahi ta’ala, Hipotalamus akan mengirimkan sinyal afirmasi ke organ-organ tubuh. Efeknya, organ tubuh akan menyambut baik yang kemudian berimplikasi pada kebahagiaan, ketenangan, hingga kesehatan yang prima. Sebaliknya, disaat seseorang memiliki niat buruk, Hipotalamus akan menyebarkan sinyal negasi ke organ-organ tubuh. Akibatnya, organ tubuh akan memberikan respon penolakan yang kemudian berimplikasi pada keresahan, kegelisahan, hingga kondisi kesehatan yang menurun.
Mengapa bisa demikian?
Perlu disadari bersama, Allah menciptakan Hipotalamus di tubuh kita untuk berperan sebagaimana fitrah manusia dalam kebaikan. Maka jangan heran ketika jantung berdetak lebih kencang, darah mengalir lebih deras, dan pikiran yang menjadi resah ketika seseorang akan mengerjakan keburukan. Tentu saja, keburukan bukan fitrah manusia. Sehingga Hipotalamus akan bekerja sekuat tenaga mengirimkan sinyal penolakan (negasi), menghalangi seseorang agar mengurungkan niat buruknya.
Tapi lihatlah, ketika ia tidak jadi melakukan perbuatan buruk, detak jantung, aliran darah, dan pikirannya akan kembali normal. Saat itu, Hipotalamus seolah bersorak-sorai atas keberhasilannya menghalangi manusia berbuat buruk yang menyimpang dari fitrahnya.
Maka, sebagai muslimin dan mu’minin, mari kita penuhi hari-hari kita dengan niat, pikiran, dan hal-hal yang baik. Mari kita menstimulasi diri ini untuk berbuat baik, sehingga Hipotalamus turut mengirimkan sinyal-sinyal afirmasi ke organ-organ tubuh kita. Dari sinyal afirmasi tersebut, kita berharap kepada Allah agar senantiasa diberikan kesehatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Aamiin.
—–
Dinarasikan dari materi Kajian Ahad Pagi oleh dr. H. Tjatur Priambodo, M.Kes)